KAMI DI SINI JADI SAKSI Kami yang di sini setia jadi saksi Setahun sekali proklamasi diperingati Bukan pujaan yang kami ingini Bukan aubade yang kami nikmati Pun bukan prasasti yang jadi mimpi kami Bukan leburnya jasad yang kami sesali Bukan lenyapnya nyawa yang kami ratapi Pun bukan tamatnya perjuangan yang kami tangisi Kami yang di sini terpaksa jadi saksi Kini negeri ini lagi mengamini nafsu hewani Berdalih demokrasi, bercerai berai berebut kursi Menggapai tirani, tusuk sana tusuk sini Demi kemanjaan anak istri, hantam kanan hantam kiri Bahkan atas nama kemegahan diri membungkam nurani, melacurkan keyakinan samawi Katanya reformasi, kok terus korupsi dan berkolusi? Bilangnya undang-undang, kok masih dicurangi dan dijahili? Kami yang disini sedang jadi saksi Tanah ini sedang tersakiti Mereka yang telanjur dipercaya dan diamanati Malah menggadaikan akal budi Mata tak lagi mengamati Telinga seolah jadi tuli Rasa seakan telah mati Tiada lagi keinginan bersanding dan berbagi hanya tiupkan angin kongkurensi dan ajakan membenci Kami yang disini ingin jadi saksi Bangsa ini harus punya jati diri Kita terlahir berakalbudi Kita punya rasa dan punya hati Kita mestinya mampu membaca, mendengar dan mengerti Tanah ini rindu melihat gagah giatnya petani Bumi ini rindu merdunya suara ulama yang bisa diteladani Bangsa ini rindu menghormati pemimpin yang mengayomi Negeri ini rindu merasakan kemerdekaan yang hakiki Kami yang disini rindu jadi saksi Cerita indah negeri ini harus jadi bukti Esok nanti tanah ini jadi berseri-seri Pikir yang takzim terus berkreasi Jari-jari yang cekatan tulus berbakti Kaki-kaki yang kukuh tegak berdiri Hati yang takzim ikhlas mengabdi Meski kini kami hanya bisa jadi saksi Semangat kami tiada pernah mati Kemerdekaan ini harusnya terus diisi Dengan ketulusan dan pengorbanan yang tiada henti Bukan kata-kata, perbuatan harus jadi bukti Bukan janji-janji, kenyataan harus terjadi Semoga ini bukan berhenti jadi mimpi Sekarang saatnya kita mulai Doa dan semangat kami terus mengiringi Atau haruskah bayang-bayang kami ikut terus menghantui?
lia prahesti zulius
Post a Comment